JUDUL :
PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN SISTEM
KEMITRAAN DI PT MEGANUSA INTISAWIT-PERKEBUNAN INDRAGIRI, DESA KUALA GADING
MAGANG
KERJA
Yulianto
Nugroho
0810483050
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2011
Kata
Pengantar
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat,
karunia dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir
magang kerja yang berjudul Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit dengan
Sistem Kemitraan di PT Mega Nusa Inti Sawit-Perkebunan Indragiri, Desa Kuala
Gading.
Penulis
menyadari telah banyak menerima bantuan dalam menyelesaikan laporan akhir magang kerja ini,
sehingga penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih banyak atas segala
bantuan serta dukungan yang tulus dan ikhlas dari semua pihak, terutama kepada:
1. Dr.
Ir. Bambang Triraharjo, MS selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
2. Dr.
Ir. Gatot Mudjiono selaku dosen pembimbing utama.
3. Ir.
Suprayitno selaku Estate Manager INDE.
4. Bapak
Muliono selaku Askep INDE (pembimbing lapang).
5. Bapak-bapak
Asisten INDE yang telah bersedia ikut membimbing dengan penuh kesabaran.
6. Kedua
orong tua saya beserta keluarga yang senantiasa memberikan motivasi, bimbingan,
dan kesabaran.
7. Tema-teman
HPT’08 dan semua pihak, terimakasih atas
dukungan dan semangatnya.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir magang kerja ini masih terdapat kekurangan
sehingga penulis mengharapkan saran dan masukan untuk penyempurnaannya.
Akhirnya
penulis berharap semoga laporan akhir
magang ini dapat diterima dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Malang,
30 November 2011
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
1.1.1.
Penjelasan
Perlunya Magang Kerja
Magang kerja merupakan salah satu bentuk
kegiatan akademik yang wajib
dilaksanakan oleh Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Magang
kerja ini mempunyai bobot nilai 4 SKS dan dilaksanakan oleh mahasiswa yang
telah menyelesaikan matakuliah wajib program studi. Magang kerja dilakukan pada
Perusahaan/Perkebunan/Instansi atau pihak lain yang terkait dengan program
studi mahasiswa, terutama dengan pertanian untuk mendapatkan pengalaman di
lapang serta menerapkan ilmu pengetahuan yang selama ini di dapat di
perkuliahan.
Diharapkan dengan dilaksanakannya
kegiatan Magang kerja, mahasiswa akan memiliki pengalaman yang lebih luas.
Dengan Dilaksanakannya Magang Kerja ini mahasiswa akan dapat membandingkan
teori yang diperolehnya dari perkuliahan maupun literature dengan fakta yang
ada di lapang. Mahasiswa juga diharapkan akan lebih mendalami secara spesifik
mengenai permasalahan yang berhubungan dengan program studinya khususnya hama
dan penyakit tanaman yang akan di pilih kelak sebagai salah satu tugas akhir.
Sehingga sebelum melakukan penelitian mahasiswa diharapakan mendapatkan bekal
untuk mempermudah dalam pengerjaan skripsi.
Di samping itu dengan dilaksanakannya Magang
kerja, mahasiswa diharapkan dapat berfikir mandiri dalam usaha menangani setiap
masalah yang muncul dan memiliki kaitan erat dengan disiplin ilmunya.
1.1.2. Alasan
Pemilihan Objek Magang kerja
Beberapa isu nasional seperti angka
pengangguran yang cenderung tinggi, kemiskinan yang cenderung meningkat,
kelangkaan energy, adanya kerusakan lingkungan, dan melemahnya sektor riil di
Indonesia menjadi kebijakan pembangunan pertanian yang focus pada komoditas
perkebunan diharapkan berperan besaar di bidang ekonomi, social, daan lingkungan.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq) termasuk dalam komoditas utama untuk diunggulkan.
Program pengembangan dan pembangunan
perkebunan kelapa sawit dengan pola kemitraan (plasma) skala besar sangat
menguntungkan bagi berbagai aspek, baik ekonomi, social, maupun lingkungan.
Ditinjau dari aspek ekonomi, perkebunan kelapa sawit dapat mendukung industry
dalam negeri berbasis produksi berbahan dasar kelapa sawit. Ditinjau dari aspek
social, terjadi penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar daan memperkecil
kesenjangan pendapatan petani deengaan pengusaha perkebunan. Dari aspek
lingkungan, adanya peengeembangan dan pembangunan perkebunan kelapa sawit di
lahan yang telah lama terbuka daan tidak produktif akan merehabilitasi lahan
kritis daaan marginal dalam sekala yang luas.
Komoditas perkebunan kelapa sawit di
Indonesia telah berkembang keberbagai daerah di tanah air, dari Aceh, Sumatra
Utara, Riau, Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Selaataan, Bengkulu, Lampung,
Kepulaauaan Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimaantaan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Perusahaan perkebunan kelapa sawit
banyak berhubungan dengan masyarakat sehingga rawan konflik berkaitan dengan
hokum, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat. Komunitas social cenderung
semakin terdidik, mengerti, dan sadaar hak (jaringan mudah), sehingga semakin
agresif menuntut haknya. Kadang-kadang juga mudah dimanfaatkan pihak ketiga.
Kemitraan adalah solusi terbaik untuk membangun harmonisasi hubungan yang
saling menguntungkan, khususnya antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat
d sekitarnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2004, konsep kemitraan adalah perusahaan perkebunan sebagai inti melakukan
kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, memperkuat, bertanggung
jawab, daan saling ketergantungan dengan masyarakat di sekitar perkebunan
sebagai plasma. Perusahaan dan petani peserta plasma sebaiknya harus bermitra.
Pasalnya, adanya kemitraan akan membantu memperbesar skala usaha petani dan
meningkatkan efisiensi produksi perusahaan.
1.2. Tujuan Magang Kerja
1.2.1. Tujuan Umum
1. Melengkapi pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang
tidak di dapat langsung dari bangku kuliah.
2.
Mendapatkan
pengalaman, pengenalan dan pengamatan visual secara langsung tentang keadaan
dan kondisi yang ada di lapang.
3.
Latihan
di dalam menyusun laporan untuk suatu penugasan.
Diharapkan
mahasiswa mengetahui:
1.
Pengelolaan
perkebunan kelapa sawit.
2.
Program
kemitraan dalam perkebunan kelapa sawit plasma.
3.
Teknik
budidaya tanaman kelapa sawit plasma.
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Kemitraan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal
dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secar
individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu
kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan
pada hal-hal berikut :
a)
Kesamaan
perhatian (common interest) atau
kepentingan,
b)
Saling mempercayai
dan saling menghormati
c)
Tujuan yang
jelas dan terukur
d)
Kesediaan untuk
berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Adapun prinsip-prinsip kemitraan adalah 1)
Persamaan atau equality, 2) Keterbukaan
atau transparancy dan 3) Saling menguntungkan
atau mutual benefit.
Menurut
Anonymaus(a) 2011. Definisi menurut peraturan perundang-undangan yang telah
dibakukan sebagai berikut :
a.
Menurut Undang-Undang
Nomor. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Pasal 1 angka 8.
“Kemitraan
adalah kerja sama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau dengan
Usaha Besar disertai pembinaan dan Pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha
Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan
saling menguntungkan”.
b.
Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor. 44 Tahun 1997 tentang kemitraan, Pasal 1 angka 1.
“Kemitraan
adalah kerja sama usaha antar a Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau
Usaha Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat
dan saling menguntungkan”.
2.2
Pola Kemitraan Perkebunan
Menurut Sunarko (2009). Secara garis
besar di Indonesia terdapat tiga pola kemitraan, yaitu Pola PIR, Pola KKPA, dan
Pola PRP.
1. Kemitraan
Pola PIR
Kemitraan Perusahaan Inti Rakyat (PIR)
merupakan kemitraan perkebunana generasi pertama yang dimulai pada tahun
1980-an. Program PIR merupakan pola perngembangan perkebunan rakyat dengan
menggunakan perkebunan besar sebagai inti sekaligus sebgai pelaksana
pengembangan kebun plasma. Pola ini awalnya dibangaun Perusahaan Perkebunan Negara
untuk masyarakat di wilayah pedesaan.
Dalam pola ini, perkebunan besar
membangun kebun inti, pabrik, lalu membangun plasma. Secra rinci, pekerjaan
pembangunan program PIR meliputi tiga tahap. Tahap pertama, prusahaan inti
melaksanakan pembangunan kebun. Pada tahap kedua, dilakukan pengalihan kebun
kepada petani plasma dan akad kredit konversi. Selanjutnya, tahap ketiga
dilakukan pengembalian atau pelunasan kredit (hutang petani).
Tanaman kelapa sawit dikonversi kepada
masyarakat (petani plasma) setelah dirasakan cukup menghasilkan, disertai
tanggung jawab untuk memelihara kebun dan mengelola usaha taninya. Petani
plasma yang diberi tanggung jawab untuk mengembalikan kredit investasi
pembangunan kebun plasma kepada pihak perbankan.
Program PIR sangat baik dan bermanfaat
bagi masyarakat, setidaknya mampu membuka isolasi wilayah dengan dibangunnya
jalur transportasi. Program PIR telah mampu menggerakan perekonomian didaerah
pedalaman karena berputarnya uang dalam jumlah besar. Namun di lapanagan,
program PIR banyak menghadapi kendala, baik kendala teknis budidaya perawatan
kebun maupun kendala non teknis seperti menejemen usaha tani dan menejemen
ekonomi rumah tangga petani.
Permasalahan teknis yang menonjol dari
program PIR adalah kondisi tanaman yang populasinya tidak penuh (kerapatan
tanaman di bawah standar, kurang dari 136 pohon per hektarnya) dan
pertumbuhannya tidak standar. Hal ini mengakibatkan produktivitas rendah dan
terus merosot (kurang dari 12 ton/hektare/tahun). Ditambah lagi dengan perilaku
petani yang tidak sesuai aturan teknis budidaya tanaman.
Sementara itu, permasalahan non teknis
yang sering terjadi adalah macetnya pengembalian kredit dari petani. Secara
tidak langsung masalah ini merupakan efek lanjut dari maslah teknis. Hasil
kebun yang rendah mengakibatkan pendapatan petani berbukang dan tidak mampu
membayar kredit. Selain factor pendapatan petani, kredit macet disebabkan oleh
kurangnya sosialisasi nilai kridit sehingga banyak petani yang tidak paham.
Selain itu mungkin juga disebabkan oleh pihak perbankan atau perusahaan inti
yang kurang aktif dalam melakukan penagihan.
Masalah-masalah yang terjadi di lapangan
tersebut utamanya dipicu oleh kurangnya pembinaan dan pendampingan dari dinas
(instasi) terkait maupun dari pihak perusahaan inti setelah kebun diserahkan
kepada petani plasma. Ditambah lagi, pendekatan perusahaan banyak hanya
berorientasi kepada produksi.
2. Kemitraan
Pola KKPA
Berdasarkan kemitraan dengan pola PIR,
kebun plasma kurang terwat dan produktivitas rendah, sehingga perusahaan inti
mengalami kekurangan pasokan TBS dan angsuran kredit menjadi macet. Pola PIR
juga menjadikan petani banyak yang menjual TBS keperusahaan lain untuk
menghindari angsuran, bahkan menjual kavlingnya. Banyak kendala dan dampak
negative yang terjadi pada petani, perusahaan, maupun bank. Karena itu,
pemerintah mulai mencari pola lain yang diharapkan dapat memperbaiki pola PIR,
yakni dengan lebih banyak memberikan tanggung jawab kepada perusahaan inti dan
memperbaiki peran kelembagaan petani plasma. Akhirnya dibentuk pola KKPA
(Kredit Koperasi Primer kepada Anggota).
Kemitraan pola KKPA merupakan pola
kemitraan perusahaan inti dan petani dalam wadah koperasi untuk meningkatkan
daya guna lahan petani peserta dalam usaha meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan
para anggota melalui kredit jangka panjang dari bank. Perusahaan inti sebagai
pengembang melaksanakan pembangunan kebun kelapa sawit untuk petani pesrta
dengan biaya pembangunan dari kredit bank hingga tanaman kelapa sawit
menghasilkan. Perusahaan inti juga membangun kelembagaan petani sebagai wadah
pembinaan dan bimbingan petani peserta mengenai budadaya dan menejemen
perkebunan kelapa sawit. Pembinaan minimum dilakukan selama satu siklus tanam.
Pada pola kemitraan KKPA, perusahaan
inti bertanggung jawab atas pengembalian kredit bank. Angsuran kredit ini
diambil dari pemotongan hasil jual TBS dari petani plasma. Artinya, petani
wajib menjual hasil kebunnya pada perusahaan inti. Dalam hgal ini, perusahaan
inti wajib membeli hasil TBS petani plasma dengan harga yang telah ditetapkan
oleh instansi yang berwenang. Selama proses ini, koperasi sebagai wadah petani
berhak untuk melakukan pengawasan pada perusahaan inti. Selanjutnya, setelah
semua kewajiban petani anggota terselasaikan, perusahaan inti wajib menyerahkan
sertifikat kebun kepada petani.
Dampak positifnya adalah produktivitas
kebun menjadi lebih baik, pendapatan petani lebih baik, dan angsuran kredit
menjadi lebih lancar. Kemungkinan beralihnya kepemilikan kaveling pun makin
kecil. Selain itu, akan tercipta kesadaran petani untuk menjalankan fungsi
pengawasan kegiatan operasional kebun.
Namun, pada kemitraan pola KKPA kendala
dapat pula terjadi, terlebih setelah kebun diserahkan ke petani. Beberapa di
antaranya adalah ketidakseragaman petani atau kelompok tani dalam melakukan
tanggung jawabnya untuk mengelolah kebun setelah kebun diserahkan. Ada petani
yang sangat serius dalam perawatan kebun, ada juga petani yang kurang perhatian
terhadap kebunnya.
3. Kemitraan
Pola PRP
Pemerintah menyiapkan Program Revitalisasi
Perkebunan (PRP) yang merupakan kemitraan perkebunan generasi II pada tahun
2006. Berdasarkan pedoman umum program revitalisasi perkebunan, konsep
kemitraannya adalah kerjasama usaha antara petani perkebunan (plasma) dengan
perusahaan perkebunan (inti) sebagai mitra usaha dengan prinsip yang saling
memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan.
Program PRP diharapkan dapat lebih
mensejahterakan petani plasma dan mampu mengamankan kepentingan perusahaan inti
dan pihak perbnkan, baik itu produksi maupun angsuran kreditnya. Perusahaan
(inti) ditetapkan sebagai developer
dan availis. Artinya, inti
bertanggung jawab untuk membangunkan kebun dan menyediakan atau mencarikan
dananya. Dengan demikian, fungsi dan perannya menjadi lebih nyata (lebih
bertanggung jawab sampai dengan terwujudnya kebun dan lunasnya kredit petani).
Pada pola PIR, pendampingan dan
pemberdayaan petani menjadi lebih terencana dengan kontrak manajemen selama
satu siklus dan system manajemen satu atap. Pengolahan keseluruhan kebun, baik
milik perusahaan inti maupun milik petani plasma mendapat perlakuan yang sama,
mulai dari persiapan penanaman, pengelolaan kebun, hingga pengolaan hasil.
Pengolahan kebun plasma selama satu siklus tanaman melibatkan petani semaksimal
mungkin, sehingga stabilitas produksi usaha tani, dan pendapatan petani plasma
lebih diprioritaskan.
Calon lahan plasma khususnya program
revitalisasi harus dimintakan izin lokasi dan dinas yang terkait dan bupati
setempat. Calon petani peserta juga harus ditetapkan dengan SK Bupati.
Sedangkan untuk sosialisasi kredit sebaiknya jelas dan transparan tentang
banyaknya dana yang tersedia dan perkiraan banyaknya dana yang akan digunakan
sehingga dapat diketahui kemungkinan adanya dana kurang atau masalah dana
lainnya. Apabila dana diperkirakan akan kurang, perlu disosialisasikan untuk
mencari jalan keluarnya dengan tidak membebani petani dan juga tidak
memberatkan perusahaan. Jika tidak didapat jalan keluar yang baik, yang harus
mengalah adalah perusahaan inti.
Selanjutnya, pihak perusahaan harus
menguatkan kelembagaan petani seperti kelompok tani dan KUD. Intensitas
hubungan antara perusahaan dengan petani lebih ditingkatkan sehingga hal
negative seperti pada kemitraan PIR (rendahnya produksi, pindahnya hasil
produksi ke pihak lain, dan terjadi kredit macet) dapat diminimalkan dengan
adanya kelembagaan petani yang kuat, tangguh, dinamis, dan produktif.
2.3
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
2.3.1 Kesesuaian Lahan
Menurut Sunarko (2009). Pemilihan lahan
ini pada prinsipnya harus mempelajari kondisi lingkungan calon lokasi
perkebunan tersebut. Lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi kemampuan tanaman
kelapa sawit terhadap pertumbuhan dan potensi produksi TBS.
A.
Jenis
Tanah, Ketinggian Tempat, Dan Kemiringan Tempat
Kelapa sawit dapat tumbuh di beberapa
jenis tanah seperti tanah podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol,
andosol, dan alluvial. Kemampuan kelapa sawit untuk berproduksi di setiap tanah
akan berbeda. Hal ini disebabkan sifat fisik dan kimia setiap jenis tanah
berbeda, sehingga tingkat kesuburannya pun berbeda.
Pertumbuhan dan produktivitas kelapa
sawit akan optimum jika ditanam di ketinggian tempat maksimum 400 meter di atas
permukaan laut (dpl). Kelapa sawit yang ditanam di ketinggian 500 mdpl biasanya
akan menyebabkan keterlambatan berbunga satu tahun dibandingkan dengan yang
ditanam di dataran rendah.
Selain ketinggian tempat, kemiringan
tanah pun perlu diperhatikan. Kelapa sawit sebaiknya ditanam di lahan yang
memiliki kemiringan 0 - 12° atau 21% (derajat kemiringan dihitung berdasarkan
panjang garis proyeksi dan tingginya, kemiringan 45° sama dengan 100%).
Table
1. Sifat fisik tanah untuk tanaman kelapa sawit
Keasaman tanah (pH) menentukan
ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam tanah. Tanaman kelap sawit dapat
tumbuh pada pH 4 – 6,5 dengan pH optimum 5 – 5,5.
B.
Iklim
Keadaan iklim sangat mempengaruhi proses
fisiologis tanaman seperti asimilasi pembentukan bunga dan penyerbukan.
Curah hujan yang ideal bagi tanaman
kelapas awit yakni 2.000 – 2.500 mm per tahun dan tersebar merata setiap tahun.
Curah hujan berguna untuk meminimalkan penguapan dari tanah dan tanaman.
Begitu juga cahaya matahari diperlukan
untuk memproduksi karbohidrat saat proses asimilasi dan memacu pembentukan
bunga dan buah. Lama penyinaran matahari minimum 1600 jam per tahun atau selama
5 – 7 jam/hari. Sementara itu suhu optimum bagi kelapa sawit berkisar 27 - 29°
C. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit yakni 80 – 90%.
C.
Kelas
Lahan
Penyusunan klasifikasi kemampuan setiap
lahan tergantung dari iklim, topografi, keadaan fisik, sifat kimia lahan,
erosi, dan drainase. Potensi lahan untuk kelapa sawit dibedakan menjadi empat
kelas lahan, yakni S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (agak sesuai), dan N1
(tidak sesuai).
Table
2. Kelas lahan untuk perkebunan kelapa sawit
2.3.2 Klasifikasi dan
Botani Kelapa Sawit
Menurut
Anonymous(b) 2011. Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah:
Kerajaan :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Liliopsida
Ordo :
Arecales
Famili :
Arecaceae
Genus :
Elaeis
Species :
Elaeis guineensis
Kelapa
sawit berbentuk pohon.
Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman
kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa
akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi.
Seperti
jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua
dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan
tanaman salak,
hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti
bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang
mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina
terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki
waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.
Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat
lebih besar dan mekar.
Tanaman
sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga
sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul
digunakan sebagai tetua jantan.
Buah
sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung
bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap
pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai
kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA,
free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Ø
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Ø
Mesoskarp, serabut buah
Ø
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti
sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma
dan embrio
dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa
sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi
tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).
2.3.3 Pembibitan
a.
Pembibitan
Awal (Prenursery)
Pembibitan awal (prenusery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit (germinated seeds) ditanam dan dipelihara
hingga berumur tiga bulan. Selanjutnya, bibit tersebut akan di pindahkan ke
pembibitan uatama (main nursery).
Pembibitan prenusery dilakukan selama
2 – 3 bulan, sedangkan pembibitan main
nursery selama 10 – 12 bulan.
Ø Persyaratan
Lokasi
Lokasi untuk pembibitan awal sebaiknya
datar atau kemiringan tanah maksimum 3°, bagaian atas bedengan sebaiknya
memiliki naungan berupa atap buatan atau pohon.
Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber
air. Kondisi debet air harus tetap dan tidak mengandung kapur (pH netral).
Ø Penyiapan
Babybag (polybag kecil)
Polybag kecil yang digunakan sebaiknya
berwarna hitam, jika terpaksa bisa menggunakan polybag kecil berwarna
putih. Polybag berukuran panjang 14 cm,
lebar 8 cm, dan tebal 0,14 cm. selain itu bisa menggunakan babybag hitam dengan ukuran 14 x 22 x 0,07 cm.
Ø Penanaman
Kecambah
Dua hari menjelang penanamna kecambah,
media tanam yang berada di dalam babybag harus
disiram setiap pagi. Gemburkan permukaan media dengan jari telunjuk atau ibu
jari, kemudian buat lubang untuk meletakan kecambah.
Masukkan kecambah sedalam 1,5 – 2 cm
dibawah permukaan tanah, lalu ratakan kembali hingga menutup keccambah
tersebut. Bagian bakal akar (radikula)
harus mengarah kebawah dan bakal daun (plumula)
mengarah ke atas.
Ø Naungan
Naungan (pelindung) bisa berupa berupa
pohon hidup atau naungan buatan yang terbuat dari daun kelapa sawit. Ukuran
tinggi tiang 2 m (depan belakang sama) dan jarak antar tiang tiga meter.
Naungan dipertahankan hingga kecambah berdaun 2 – 3 helai. Pengurangan naungan
dilakukan setelah bibit berumur 6 minggu. Setiap dua minggu dikurangin satu
cabang daun.
Ø Penyiraman
dan Penyiangan
Penyiraman dilakukan setiap hari secara
teratur, yakni pada pagi hari saat pukul 06.00 – 10.30 dan sore dimulai pukul
15.00. volume air yang disisramkan sekitar 0,25 – 0,5 liter per bibit.
Penyiangan dilakukan dengan mencabut
rumput-rumput yang tumbuh di babybag
menggunakan tangan.
Ø Pemupukan
Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk.
Namun, jika tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning,
bibit perlu dipupuk dengan menggunakan pupuk N dalam bektuk cair. Konsentrasi
pupuk urea atau pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100
bibit.
Ø Proteksi
dan Seleksi
Serangan hama dan penyakit selama di prenursery biasanya belum ada. Jika ada, dapat diberantas dengan
diambil menggunakan tangan (hand picking).
Serangan penyakit yang berasal dari sejenis jamur dapat dikendalikan dengan
fungisida yang banyak dijual di pasaran, seperti Dithane, Sevin, dan Anthio
dengan dosis sesuai yang dianjurkan.
Seleksi dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke main nursery. Seleksi bibit di prenursery bertujuan untuk mencari bibit
yang menyimpang. Bibit menyimpang dapat diakibatkan oleh faktor genetis,
kerusakan mekanis, serangan hama dan penyakit, serta kesalahan kultur teknis.
b.
Main Nursery
Ø Penyiapan
Polibag
Polybag yang digunakan sebaiknya
berwarna hitam (100% carbon black)
dengan panjang 42 cm, lebar 33 cm atau
berdiameter 23 cm, dan tebal 0,15 cm. polybag diberi lubang berdiameter 0,5 cm
sebanyak dua baris. Jarak anatar lubang 7,5 x 7,5 cm.
Ø Penanaman
Sehari sebelum penanaman, media tanam
dalam polibag harus disiram. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang di
polybag seukuran dengan diameter babybag.
Masukkan bibit beserta tanahnya (ball of
eart) kedalam lubang, lalu atur agar posisisnya tegak seperti semuala.
Ø Penyiraman
dan Penyiangan
Penyiraman dilakukan setiap hari secara
teratur dengan jumlah yang cukup. Jika musim kemarau, siram bibit dua kali
sehari yakni pada pagi dan sore hari.kebutuhan air penyiraman sebanyak 2 liter
air/bibit/hari.
Penyiangan dilakuakan dengan mencabut
gulama yang tumbuh dalam polybag, sekaligus menggemburkan tanah dengan cara
menusukkan sepotong kayu.
Ø Pemupukan
Dosis dan jadwal pemupukan sangat
tergantung pada umur dan pertumbuhan bibit. Di main nursery, lebih dianjurkan untuk menggunakan pupuk majemuk
N-P-K-Mg dengan komposisi 15-15-6-4 atau 12-12-17-2, serta ditambah kieserite
(pupuk yang mengandung unsur Cad an Mg).
Table
3. Rekomendasi pemupukan bibit kelapa sawit di main nursery (gram per bibit)
Ø Hama
dan Penyakit
Hama
Menurut Yan Fauzi dkk (2002), Beberapa jenis hama yang
banya ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit serta cara pengendalian dan
pemberantasannya:
1.
Kumbang Malam
Gejala
Helaian daun berlubang-lubang. Di atas daun sering
ditemukan kotoran-kotoran kumbang. Daun yang terserang akan tampak mengering
dan secara umum pertumbuhan tanaman lebih kurus dan merana.
Penyebab
Adoratus sp. dan Apogonia
sp. Kumbang tersebut menyerang tanaman pembibitan dan tanaman belum menghasilkan.
Jenis Adoratus sp. Berwarna coklat
dan terdapat bercak putih. Pada sayapnya terdapat bulu-bulu halus. Ukurannya
dapat mencapai 1,5 cm. Untuk Apogonia sp.
berwarna hitam atau coklat tua mengkilap dan tidak terdapat bulu halus pada
sayapnya. Ukurannya mencapai 12 cm. Kumbang aktif memakan daun pada malam hari
dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah.
Pengendalian dan pembrantasan
Pengendalian hama dengan melakukan sanitasi lingkungan di
sekitar tanaman, seperti pembersihan gulma. Jika hama sudah tidak dapat
dikendalikan, sebaiknya disemprot insektisida Dipterex 700 ULV yang berbahan
aktif triklorfon 707 g/l atau Dipterex berbahan aktif triklorfon 95%. Dosis
yang digunakan adalah 1 kg/ha. Pembrantasan secara biologis dengan menggunakan
jamur Metharrizium anisopliae dan
virus Baculovirus oryctes. Dapat juga
dengan penyebaran predator seperti kumbang, lalat, semut, rayap, tokek, ulat,
dan burung.
2.
Tungau
Gejala
Menyerang daun bagian bawah terutama pada daun tua. Warna
daun akan berubah menjadi perunggu mengkilap. Hama ini menyerang pada pesemaian
atau pembibitan.
Penyebab
Tungau merah (oligonychus) yang panjangnya 0,5 mm. Hidup
di sepanjang tulang anak daun sambil menghisap cairan daun. Hama ini
membahayakan dan berkembang pesat dalam keadaan cuaca kering di musim kemarau.
Pengendalian dan pemberantasan
Penyemprotan dengan akarisida Tedion 75 EC yang
mengandung bahan aktif tetradifon 75,2
g/l dengan konsentrasi 0,1 – 0,2 %. Dapat pula di semprotkan dengan insektisida
Perfekthion dengan bahan aktif dimetoat dengan konsentrasi 0,1%.
3.
Tikus
Gejala
Pada pembibiitan, tikus menyerang bagian pucuk daun. Pada
tanaman belum menghasilkan (TBM), memakan pelepah daun, sedangkna pada tanaman
menghasilkan (TM) menyerang buah baik buah mentah maupun buah masak. Apabila
menyerang titik tumbuh, dapat menyebabkan kematian. Dalam kondisi yag tidak
terkendali, populasi tikus dapat mencapai 300 ekor/ha. Kondisi demikian dapat
menurunkan produksi 5 – 15%.
Penyebab
Tikus (Rattus
tiomanicus, Rattus sp.). hama ini tergolong mamalia. Menyerang tanaman pada
semua umur, mulai dari pembibita hingga tanaman menghasilka.
Pengendalian dan pemberantasan
Hama tikus pada umumnya sulit diberantas, karena daerah
hidupnya sangat luas. Pemberantasan dapat dilakukan secara eposan pada
sarangnya. Secara biologis dengan predatator kucing, ular, dan burung hantu (Tyto alba).
4.
Babi hutan
Gejala
Pada umumnya serangan hama babi hutan selalu menyebabkan
kematian tanaman kelapa sawit muda. Hama ini akan membongkar dan mencabut umbut
sawit hingga keluar dari dalam tanah. Umbut tersebut dimakan sampai habis, dan
meninggalkan bekas berupa potongan pelepah daun tanaman. Dalam satu malam,
untuk satu ekor babi hutan dapat menghabiskan puluhan batang tanaman kelapa
sawit muda.
Penyebab
Babi hutan yang umumnya menyerang tanaman kelapa sawit
hingga berumur sekitar 24 bulan adalah jenis Sus scrofa L. dan jenis Sus
barbatus Muller. Untuk jenis yang pertama, warnanya hitam dan senang sekali
hidup berkelompok. Dalam satu kelompok dapat mencapai sekitar 5 – 50 ekor. Babi
ini sering ditemukan keluar mencari makan menjelang pagi hari (subuh) hingga
pukul 07.00 dan pada sore hingga malam hari pukul 17.00 – 22.00. Di luar waktu
tersebut, babi bersembunyi di semak-semak belukar atau rumpun alang-alang, baik
itu yang berada di sekitar atau perbatasan kebun.
Untuk jenis yang kedua di sebut juga dengan babi janggut
karena pada jantan tumbuh janggut di tengah-tengah moncongnya. Bentuk tubuhnya
lebih besar dari jenis yang pertama dan berwarna abu-abu kemerahan. Dalam
interval waktu tertentu, sangat suka mengembara atau berpindah-pindah tempat
dalam satu kelompok yang cukup besar, sehingga sering menyebabkan terjadi
serangan terhadap tanaman utama secara tiba-tiba serta pada areal yag cukup
luas.
Pengendalian dan pemberantasan
Ada beberapa cara yang dilakukan, diantanranya:
Ø Penanaman bibit tua
Cara ini banyak dilakukan pada perkebunan kelapa sawit
yang mendapat serangan babi di atas ambang toleransi, yaitu dengan menanam
bibit yang telah berumur 20 bulan karena lebih tahan terhadap serangan hama
babi hutan. Namun, sebaiknya menanam bibit yang sudah mencapai umur 24 bulan.
Pada umur tersebut, bibit benar-benar tahan terhadap serangan hama babi karena
pada bagian pangkal batang, pelepah, dan durinya telah cukup keras dan banyak.
Namun, cara ini dapat menghambat pertumbuhan dan masa produksi tanaman selama 6
bulan. Selain itu, biaya penanaman akan menjadi lebih mahal.
Ø Pemasangan kawat duri atau kawat harmonika
Kawat duri atau kawat harmonika dipasang di sekeliling
areal tanaman kelapa sawit yang baru ditanam. Perlindungan dengan cara ini
berfungsi untuk melindungi seluruh tanaman dari serangan hama babi. Cara
pengendalian seperti ini cukup efektif karena tingkat keberhasilan perlindungan
terhadap tanaman dapat mencapai 100%. Sebelum kawat dipasang, siapkan tiang
berdiameter 10 cm setinggi 1,85 m. Jarak antar tiang selebar 2 m. Selanjutnya,
tiang-tiang tersebut ditancapkan sedalam 0,5 m dengan baik dan benar di
sekeliling areal. Posisi tiang berada di seputar perbatasan antara lingkungan kebun
dengan lingkungan di luar kebun. Setiap 5 batang tiang atau setiap jarak 10 m,
dapat di pasang ting penyanggah. Selain itu, bentangkan dan pakukan
lapisan-lapisan kawat duri yang dimulai dari sisi bawah menuju ke sisi atas
tiang.
Penyakit
Beberapa jenis penyakit yang banyak di temukan di areal
perkebunan kelapa sawit serta cara pengendalian dan pemberantasannya.
1.
Penykit daun bibit
muda (anthracnose)
Gejala
Terdapat bercak-bercak dikelilingi warna kuning yang
merupakan batas antara bagian daun yang sehat dan yang terserang. Gejala lain
yang tampak adalah adanya warna coklat dan hitam diantara tulang daun.
Daun-daun yang terserang menjadi kering dan akhirnya mengalami kematian.
Penyebab
Jamur Melanconium
elaidis, Glomerella singulata dan
Botryodiplodia palmarum.
Pengendalian dan pemberantasan
Pengendalian dengan megurangi naungan bibit sesuai dengan
perkembangan umur tanaman. Serangan yang bersifat sporadis, dapat dilakukan
tindakan pemangkasan ringan pada tajuk bibit yang terinfeksi. Jika mengalami
serangan berat sebaiknya bibit dimusnahkan. Pemberantasan secara kimiawi dapat
dilakukan dengan menggunakan fungisida, seperti Dithane M-45 80 WP yang
berbahan aktif mancozeb 80% dengan konsentrasi 0,2% atau dengan Captan dengan
konsentrasi 0,2%.
2.
Penyakit akar (blast disaese)
Gejala
Akar menjadi lunak dan jika dibelah akan terlihat
jaringan antara berkas pembuluh pusat dan hipodermis hancur. Daun bibit menjadi
kusam berwarna kekuning-kuningan yang dmulai dari bagian ujung daun, daun
menjadi layu, dan akan berubah warna menjadi kuning cerah dan timbul
bercak-bercak.
Penyebab
Jamur Rhizoctonia
lamellifera dan Phytum sp.
Pengendalian dan pemberantasan
Media atau tanah untuk pembibitan, pemupkan, pemeliharaan
menjadi faktor yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya penyakit akar
pada tanaman. Jika tanaman terserang penyakit ini, dapat diberantas dengan
menggunakan fungisida yang berbahan aktif bedomil 20% seperti fungisida Belante
T 20/20 WP dengan konsentrasi 20 mg/liter air. Fungisida di terbarkan pada media
tanam. Dapat pula menggunkan kapur pertania.
2.3.4 Penanaman
Sasaran penanaman adalah agar proses
tanam berjalan lancer, jumlah tegakan sesuai dengan rencana, waktu tanam yang
tepat, dan biaya tanam yang rasional.
Ø Ajir
(Tiang Pancang)
Arah pemancangan ajir diatur dari utara
ke selatan dan tegak lurus terhadap jalan sekunder atau jalan produksi. Jarak
tanaman 9,08 x 9,08 meter merupakan jarak tanam segitiga sama sisi, artinya
jarak tanam antarbarisan 7,86 meter. Pengajiran harus lurus, berdiri tegak, dan
bermata lima (empat titik sudut bujur sangkar dan satu titik di tengahnya.
Tabel
4. Kerapatan tanaman di areal datar
Ø Lubang
Tanam
Lubang tanam dibuat dengan dengan
menggali tanah di tempat ajir terpasang. Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm.
biarlah lubang tanaman terbuka selama dua minggu. Sebelum ditanam, lubang
diberi pupuk menggunakan Rock Phosphate 0,5 kg/lubang atau campuran Agrophos
sebanyak 1 kg dan patenkali 0,25 kg.
Ø Penanaman
Bibit yang ditanam dilapangan sebaiknya
telah berumur 12 – 14 bulan. Bibit harus diseleksi di pembibitan (main nursery) terlebih dahulu. Sebelum
diangkut kelapangan, bibit disemprot dengan pestisida dengan konsentrasi 0,1%.
Kedalaman lubang tanaman diatur agar
sama dengan tinggi polybag ditambah 5 cm. Misalnya, juka tinggi polybag 45 cm,
kedalaman lubang tanam menjadi 50 cm.
Ø Penutup
Tanah (kacangan)
Tanaman penutup tanah atau land cover crop (LCC) yang umumnya
digunakan di antaranya Pueraria javanica (PJ),
Centrosema pubescens (CP), Calopogonium mucunoides (CM), Calopogonium caeruleum (CC), Mucuna cochinchinensisc (MC), dan Pueraria phaseoloides (PP).
2.3.5 Pemeliharaan
Tanaman Periode TBM (Tanaman Belum Menghasilkan)
A. Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan penanaman
kembali tanaman yang mati. Tujuan menyulam untuk mempertahankan kerapatan
(populasi) pohon sesuai standar. Jumlah pohon yang akan disulam di setiap areal
pada tahun pertama, kedua dan ketiga dapat diketahui dengan mudah berdasarkan
hasil sensus pohon setiap tahun. Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman
kelapa sawit yang tergolong jelek dan lolos dari seleksi di main nursery dengan tanaman yang baru
dari pembibitan yang sudah disiapkan sebelumnya.
B. Penyiangan
Tujuang penyiangan adalah untuk
memperoleh pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang baik dan meningkatkan daya
tahan tanaman penutup tanah (LCC). Namun, daerah di sekitar pohon kelapa sawit
tidak perlu ditanami tanaman penutup tanah. Daerah tersebut biasanya
dinamanakan piringan. Luasnya diatur perdasarkan umur tanaman. Tanaman yang
berumur satu tahun, jari-jari piringannya 100 cm. sementara itu, tanaman
berumur 1 – 3 tahun, jari-jari piringannya 150 cm. Untuk tanaman berumur lebih
dari 3 tahun, jari-jari piringannya sebesar 250 cm.
Menurut Yan Fauzi dkk (2002),
pembrantasan gulma atau tanaman liar dalam arti sempit disebut penyiangan.
Gulma yang tumbuh di sekitar bibit atau tanaman kelapa sawit perlu di berantas
sebab dapat merugikan tanaman pokok, bahkan menurunkan produksi. Gulma menjadi
tanaman pokok berkompetisi dalam memperoleh air, unsur hara, cahaya maupun CO2.
Selain itu, gulma dapat berperan sebagai tanaman inang bagi hama dan penyakit,
beberapa gulma pada tanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica (alang-alang), Axonopus compressus (rumput pahit), Passpalum conjugatum (paitan),
Cyperus rotundus (teki-tekian),
Mikania micrantha (mikania), Eupatorium
odoratum (putihan), Ageratum
conyzoides (babadotan), Ageratum
latifolia (wedusan), Gleichenia
linearis (pakis kawat), Mimosa invisa
(kucingan), Amaranthus spinosus (bayam
duri).
C. Hama
dan Penyakit
Hama
Menurut Yan Fauzi dkk (2002), Beberapa jenis hama yang
banya ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit serta cara pengendalian dan
pemberantasannya:
1.
Kumbang Malam
Gejala
Helaian daun berlubang-lubang. Di atas daun sering
ditemukan kotoran-kotoran kumbang. Daun yang terserang akan tampak mengering dan
secara umum pertumbuhan tanaman lebih kurus dan merana.
Penyebab
Adoratus sp. dan Apogonia
sp. Kumbang tersebut menyerang tanaman pembibitan dan tanaman belum
menghasilkan. Jenis Adoratus sp.
Berwarna coklat dan terdapat bercak putih. Pada sayapnya terdapat bulu-bulu
halus. Ukurannya dapat mencapai 1,5 cm. Untuk Apogonia sp. berwarna hitam atau coklat tua mengkilap dan tidak
terdapat bulu halus pada sayapnya. Ukurannya mencapai 12 cm. Kumbang aktif
memakan daun pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah.
Pengendalian dan pembrantasan
Pengendalian hama dengan melakukan sanitasi lingkungan di
sekitar tanaman, seperti pembersihan gulma. Jika hama sudah tidak dapat
dikendalikan, sebaiknya disemprot insektisida Dipterex 700 ULV yang berbahan aktif
triklorfon 707 g/l atau Dipterex berbahan aktif triklorfon 95%. Dosis yang
digunakan adalah 1 kg/ha. Pembrantasan secara biologis dengan menggunakan jamur
Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes. Dapat juga dengan
penyebaran predator seperti kumbang, lalat, semut, rayap, tokek, ulat, dan
burung.
2.
Tikus
Gejala
Pada pembibiitan, tikus menyerang bagian pucuk daun. Pada
tanaman belum menghasilkan (TBM), memakan pelepah daun, sedangkna pada tanaman
menghasilkan (TM) menyerang buah baik buah mentah maupun buah masak. Apabila
menyerang titik tumbuh, dapat menyebabkan kematian. Dalam kondisi yag tidak
terkendali, populasi tikus dapat mencapai 300 ekor/ha. Kondisi demikian dapat
menurunkan produksi 5 – 15%.
Penyebab
Tikus (Rattus
tiomanicus, Rattus sp.). hama ini tergolong mamalia. Menyerang tanaman pada
semua umur, mulai dari pembibita hingga tanaman menghasilka.
Pengendalian dan pemberantasan
Hama tikus pada umumnya sulit diberantas, karena daerah
hidupnya sangat luas. Pemberantasan dapat dilakukan secara eposan pada
sarangnya. Secara biologis dengan predatator kucing, ular, dan burung hantu (Tyto alba).
3.
Babi hutan
Gejala
Pada umumnya serangan hama babi hutan selalu menyebabkan
kematian tanaman kelapa sawit muda. Hama ini akan membongkar dan mencabut umbut
sawit hingga keluar dari dalam tanah. Umbut tersebut dimakan sampai habis, dan
meninggalkan bekas berupa potongan pelepah daun tanaman. Dalam satu malam,
untuk satu ekor babi hutan dapat menghabiskan puluhan batang tanaman kelapa
sawit muda.
Penyebab
Babi hutan yang umumnya menyerang tanaman kelapa sawit
hingga berumur sekitar 24 bulan adalah jenis Sus scrofa L. dan jenis Sus
barbatus Muller. Untuk jenis yang pertama, warnanya hitam dan senang sekali
hidup berkelompok. Dalam satu kelompok dapat mencapai sekitar 5 – 50 ekor. Babi
ini sering ditemukan keluar mencari makan menjelang pagi hari (subuh) hingga
pukul 07.00 dan pada sore hingga malam hari pukul 17.00 – 22.00. Di luar waktu
tersebut, babi bersembunyi di semak-semak belukar atau rumpun alang-alang, baik
itu yang berada di sekitar atau perbatasan kebun.
Untuk jenis yang kedua di sebut juga dengan babi janggut
karena pada jantan tumbuh janggut di tengah-tengah moncongnya. Bentuk tubuhnya
lebih besar dari jenis yang pertama dan berwarna abu-abu kemerahan. Dalam
interval waktu tertentu, sangat suka mengembara atau berpindah-pindah tempat
dalam satu kelompok yang cukup besar, sehingga sering menyebabkan terjadi
serangan terhadap tanaman utama secara tiba-tiba serta pada areal yag cukup
luas.
Pengendalian dan pemberantasan
Ada beberapa cara yang dilakukan, diantanranya:
Ø Penanaman bibit tua
Cara ini banyak dilakukan pada perkebunan kelapa sawit
yang mendapat serangan babi di atas ambang toleransi, yaitu dengan menanam
bibit yang telah berumur 20 bulan karena lebih tahan terhadap serangan hama
babi hutan. Namun, sebaiknya menanam bibit yang sudah mencapai umur 24 bulan.
Pada umur tersebut, bibit benar-benar tahan terhadap serangan hama babi karena
pada bagian pangkal batang, pelepah, dan durinya telah cukup keras dan banyak.
Namun, cara ini dapat menghambat pertumbuhan dan masa produksi tanaman selama 6
bulan. Selain itu, biaya penanaman akan menjadi lebih mahal.
Ø Pemasangan kawat duri atau kawat harmonika
Kawat duri atau kawat harmonika dipasang di sekeliling
areal tanaman kelapa sawit yang baru ditanam. Perlindungan dengan cara ini
berfungsi untuk melindungi seluruh tanaman dari serangan hama babi. Cara
pengendalian seperti ini cukup efektif karena tingkat keberhasilan perlindungan
terhadap tanaman dapat mencapai 100%. Sebelum kawat dipasang, siapkan tiang
berdiameter 10 cm setinggi 1,85 m. Jarak antar tiang selebar 2 m. Selanjutnya,
tiang-tiang tersebut ditancapkan sedalam 0,5 m dengan baik dan benar di
sekeliling areal. Posisi tiang berada di seputar perbatasan antara lingkungan
kebun dengan lingkungan di luar kebun. Setiap 5 batang tiang atau setiap jarak
10 m, dapat di pasang ting penyanggah. Selain itu, bentangkan dan pakukan
lapisan-lapisan kawat duri yang dimulai dari sisi bawah menuju ke sisi atas
tiang.
Penyakit
Beberapa jenis penyakit yang banyak di temukan di areal
perkebunan kelapa sawit serta cara pengendalian dan pemberantasannya.
1.
Penykit daun bibit
muda (anthracnose)
Gejala
Terdapat bercak-bercak dikelilingi warna kuning yang
merupakan batas antara bagian daun yang sehat dan yang terserang. Gejala lain
yang tampak adalah adanya warna coklat dan hitam diantara tulang daun.
Daun-daun yang terserang menjadi kering dan akhirnya mengalami kematian.
Penyebab
Jamur Melanconium
elaidis, Glomerella singulata dan
Botryodiplodia palmarum.
Pengendalian dan pemberantasan
Pengendalian dengan megurangi naungan bibit sesuai dengan
perkembangan umur tanaman. Serangan yang bersifat sporadis, dapat dilakukan
tindakan pemangkasan ringan pada tajuk bibit yang terinfeksi. Jika mengalami
serangan berat sebaiknya bibit dimusnahkan. Pemberantasan secara kimiawi dapat
dilakukan dengan menggunakan fungisida, seperti Dithane M-45 80 WP yang
berbahan aktif mancozeb 80% dengan konsentrasi 0,2% atau dengan Captan dengan konsentrasi
0,2%.
2.
Penyakit akar (blast disaese)
Gejala
Akar menjadi lunak dan jika dibelah akan terlihat
jaringan antara berkas pembuluh pusat dan hipodermis hancur. Daun bibit menjadi
kusam berwarna kekuning-kuningan yang dmulai dari bagian ujung daun, daun
menjadi layu, dan akan berubah warna menjadi kuning cerah dan timbul
bercak-bercak.
Penyebab
Jamur Rhizoctonia
lamellifera dan Phytum sp.
Pengendalian dan pemberantasan
Media atau tanah untuk pembibitan, pemupkan, pemeliharaan
menjadi faktor yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya penyakit akar
pada tanaman. Jika tanaman terserang penyakit ini, dapat diberantas dengan
menggunakan fungisida yang berbahan aktif bedomil 20% seperti fungisida Belante
T 20/20 WP dengan konsentrasi 20 mg/liter air. Fungisida di terbarkan pada
media tanam. Dapat pula menggunkan kapur pertania.
3.
Penyakit busuk
pangkalbatang (basal stem rot atau
ganoderma)
Gejala
Pelepah daun tampak layu dan berwarna pucat, selanjutnya
daun akan mengalami nekrosis yang dimulai dari bagian daun yang paling tua hingga
menyebar ke bagian daun yang lebih muda. Selanjutnya pelepah daun akan patah
dan menggantung. Daun tombak (pupu) yang baru muncul tidak membuka dan
berkumpul lebih dari tiga helai. Dalam kondisi serangan yang berat, setelah 6 –
12 bulan muncul gejala pada daun, pangkal batang menghitam dan keluar getah
pada bagian yang terinfeksi sehingga tanaman akan tumbang dan mati.
Penyebab
Jamur Ganoderma applanatum, Ganoderma lucidum, dan
Ganoderma pseudofferum. Jamur ini kan menular ke tanaman yang sehat jika
akarnya bersinggungan dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit.
Pengendalian dan pemberantasan
Sampai sekarang ini serangan penyakit tersebut belum
mampu diatasi dengan menggunakan fungisida. Oleh karena itu, tindakan
pencegahan sebaiknya diperhatikan dengan baik agar dapat terhindar dari
penyakit ini. Sebelum penanaman, sumber infeksi di bersihkan terutama jika
areal kelapa sawit merupakan lahan bekas kebun kelapa atau kelapa sawit.
Tunggul-tunggul harus dibongkar dan dibakar. Tanaman yang terserang harus
dibongkar dan di bakar. Di sekitar tanaman digali parit dan tanaman yang belum
terserang dibumbun.
D. Pemupukan
Menurut Sunarko (2009). Tujuan pemupukan
adalah menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan untuk menyuplai
kebutuhan unsur hara yang tidak diperoleh dari tanah berdasarkan hasil analisis
tanah dan analisis daun. Untuk menyupayakan efisiensi pemupukan perlu
diterapkan empat tepat, yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat cara, an tepat
jumlah (dosis).
Ø Waktu
Pemupukan
1) Pemupukan
biasanya dilakukan sebanyak dua kali pertahun, yakni pada awal musim hujan
(Oktober) dan akhir musim hujan (April).
2) Pupuk
Rock Phosphate (RP) tidak boleh diberikan bersama dengan pupuk lainnya. Waktu
pemberian setiap pupuk biasanya tidak bersamaan.
3) Pupuk
ZA, MOP, dan Kieserite diberikan dalam waktu hahmpir bersamaan.
4) Perbedaan
waktu antara pemberian pupuk ZA dan Rock Phosphate (RP) sekitar satu bulan.
Pupuk ZA sebaiknya diberikan setelah aplikasi pupuk RP.
Ø Cara
Pemupukan
1) Pemeberian
pertama pupuk ZA (umur satu bulan) dilakukan dengan cara ditabur secara merata,
dari pangkal pohon hingga 30 cm dari pangkal pohon.
2) Pupuk
ZA, Rock Phosphate (RP, MOP, dan kieserite diaplikasikan dengan cara ditabur
secara merata di seluruh bagian, dari pangkal hingga tajuk terluar.
3) Pupukk
tunggal tidak boleh dicampur, melainkan ditebar secara berurutan (kecuali
RP/TSP). jarak penempatan pupuk dari pohon untuk N, P, K, dan Mg masing-masing
40, 75, 125, dan 175 cm.
Ø Dosis
Pemupukan
Dosis
pemupukan adalah jumlah pupuk yang diberikan per satuan luas per tahun dalam
satuan kilogram.
1) Tahap
I (TBM I) : Urea 1,35, RP 1,75, MOP
1,00, Kies 0,7
2) Tahap
II (TBM II) : Urea 1,50, RP
1,00, MOP 1,75, Kies 1,5
3) Tahap
III (TBM III) : Urea 1,50, RP
1,00, MOP 1,75, Kies 1,5
4) Masing-masing
tahap diberikan berdasarkan umur tanaman kelapas awit. Tahap I pada umur satu
tahun, tahap II pada umur dua tahun, dan taham III pada umur tiga tahun.
Table
5. pedoman pemupukan kelapa sawit TBM (143 pohon/hectare)
Keterangan:
TBM
: Tanaman Belum Menghasilkan
N
: Nitrogen (misalnya pupuk ZA,
Urea)
P :
Fosfor (misalnya pupuk RP, TSP, SP 36)
K
: Kalium (miisalnya pupuk ZK,
MOP,/KCL)
Mg
: Magnesium (misalnya pupuk
Kieserite)
E. Penunasan
dan Kastrasi
Penunasan merupakan kegiatan membuang
daun tua kelapa sawit yang tidak bermanfaat, khususnya daun kelapa sawit mulai
tidak hijau lagi. Penunasan dibedakan menjadi tiga jenis, yaknik penunasan
pendahuluan (6 bulan sebelum TM), penunasan periodic (saat TM), dan penunasan
panen (saat panen).
Kastrasi attau ablasi merupakan kegiatan
membuang bunga muda yang tumbuh ketiak daun, baik bunga jantan maupun bunga
betina. Kegiatan ini dilakukan tanpa melukai batang dan pangkal pelepah daun.
Kastrasi dimulai dari bulan ke-14 sesudah penanaman (25% dari tanaman telah
berbunga) dan dilaksanakan setiap bulan. Pembuangan bunga jantan dikerjakan
hingga tanaman berumur 28 bulan, sedangkan bunga betina hingga berumur 30
bulan.
2.3.6 Pemeliharaan
Tanaman Periode TM (Tanaman Menghasilkan)
Menurut Sunarko (2009). Tanaman
menghasilkan merupakan tanaman kelapa sawit dengan kondisi lebih dari 25% sudah
mulai menghasilkan TBS dengan berat lebih dari 3 kg. Sasaran pemeliharaan TM di
antaranya memacu pertumbuhan dan dan buah yang seimbang, mempertahankan buah
agar mencapai kematangan yang maksimal, dan menjaga kesehatan tanaman kelapa
sawit.
A. Penyiangan
Penyiangan merupakan kegiatan untuk
menekan pertumbuhan gulma agar tidak mengganggu pertumbuhan dan produksi
tanaman. Penyiangan dapat dilakukan secara manual dan kimiawi. Gulma yang terdapat pada TM kelapa sawit hampir sama
dengan pada TBM.
Selain itu, penyiangan dapat dilakuakan
dengan weeding, baik manual
(digaruk/dicabut) maupun kimiawi (herbisida). Lokasi weeding dilaksanakan di gawangan, jalan pikul buah, dan piringan (bokoran).
B. Penunasan
dan Sanitasi
Penunasan merupakan kegiatan membuang
pelepah tua dan kering. Tujuannya menunas sebagai berikut:
1) Membantu
memudahkan pelaksanaasn
panen.
2) Membantu
penilaian kematanagn buah.
3) Mengurangi
penghalang pembesaran tandan.
4) Mengurangi
kehilangan brondolan buah yang terjepit di pelepah daun.
5) Mengurangi
kelembapan dan pertumbuhan epifit.
Berdasarkan
umur tanaman, penunasan dibedakan menjadi tiga jenis.
1) Penunasan
pendahuluan (sanitasi), dilakukan enam bulan sebelum tanaman menjadi TM.
2) Penunasan
periodic, dilaksanakan setelah tanaman menjadi TM dengan rotasai yang
ditentukan sesuai kondisi lapangan (biasanya enam bulan sekali).
3) Penunasan
panen, dilakukan bersama dengan panen. Biasanya tandan dipotong, daun yang
perlu dituna adalah 1 – 2 daun samping dari penyanggah.
Berikut
ini perbandingan jumlah pelepah berdasarkan ketentuan yang disesuaikan dengan
umur tanamanan.
1) Tanaman
umur 3 – 5 tahun, jumlah pelepah minimum 48 – 56 pelepah.
2) Tanaman
umur 5 – 10 tahun, jumlah pelepah minimum 46 – 48 pelepah.
3) Tanaman
umur lebih dari 10 tahun, jumlah pelepah minimum 40 pelepah.
C. Penyerbukan
(Polinasi)
Tanaman kelapa sawit yang di kastrasi
cenderung akan membentuk kembali bunga betina lebih banyak dibandingkan dengan
bunga jantan selama beberapa tahun. Selama periode tersebut, terjadi kekurangan
bunga jantan (tepung sari) dan penyerbukan alami oleh angina dan serangga
semakin terbatas. Karena itu, perlu didatangkan
tepung sari. Proses penyerbukan tepung sari ke bunga betina yang sedang
anthesis (matang dan siap diserbuki) disebut polinasi bantuan atau penyerbukan
bantuan (assisted pollination).
Namun, saat ini serangga penyerbuk kelapa sawit (SPKS) seperti elaeidobius kamerunicus telah banyak dimanfaatkan untuk membantu
penyerbukan (assisted pollination).
D. Pemupukan
Salah satu factor pemeliharaan yang
paling penting adalah pupuk dan pemupukan. Untuk menentukan dosis pupuk, perlu
dilakukan observasi lapangan. Dosis pemupukan ditentukan oleh analisis daun.
Table
6. pedoman pemupukan kelapa sawit TM ( 143 pohon/hectare)
Keterangan:
TM
: Tanaman Menghasilkan
N
: Nitrogen (misalnya pupuk ZA, Urea)
P : Fosfor (misalnya pupuk RP, TSP, SP 36)
K
: Kalium (miisalnya pupuk ZK, MOP,/KCL)
Mg
: Magnesium (misalnya pupuk Kieserite)
Bo
: Boron (misalnya pupuk HGF Borate)
Menurut Yan Fauzi dkk (2002),
pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi
kunci keefektifan pemberian pupuk, diantaranya daya serap akar tanaman, cara
pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk.
E. Hama
dan Penyakit
Hama
Menurut Yan Fauzi dkk (2002), Beberapa jenis hama yang
banya ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit serta cara pengendalian dan
pemberantasannya:
1. Nematoda
Gejala
Daun-daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan
tumbuh tegak. Selanjutnya daun berubah warna menjadi kuning dan mengering.
Terjadi pembusukan pada tandan bunga dan tidak membuka, sehingga tidak
menghasilkan buah.
Penyebab
Nematoda rhadinaphelenchus
cocophilus. Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit.
Pengendalian dan pemberantasan
Untuk memberantas sumber infeksi, pohon yang terserang
diracun dengan natrium arsenit. Tanaman yang sudah mati dan kering dibongkar
kemudian dibakar.
2.
Ulat Api
Gejala
Helaian daun berlubang atau habis sama sekali sehingga
hanya tinggal tulang-tulang daun. Gejala ini dimulai dari daun bagian bawah.
Dalam kondisi yang parah tanaman akan kehilangan daun sekitar 90%. Pada tahun
pertama setelah serangan dapat menurunkan produksi sekitar 69% dan sekitar 27%
pada tahun kedua.
Penyebab
Setora nitens,
Darna trima, dan Ploneta diducta merupakan hama pemakan
daun. Larva berupa ulat berwarna hijau dan pada punggungnya terdapat garis
putih memanjang dari kepala sampai ujung badan. Ulat ini berukuran panajang 20
– 25 mm. Punggungnya berbulu kasar kaku dan beracun. Bulu kasar tersebut
mengeluarkan cairan dan jika terkena tanagn terasa gatal dan panas.
Pengendalian dan pembratasan
Pada serangan ringan pemberantasan dilakukan secara
manual, yaitu mengambil ulat-ulat dari daun dan memusnakannya. Pemberantasan
secara khemis dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif triazofos 242
g/l, karbaril 85% dan klorpirifos 200 g/l. Beberapa contoh insektisida tersebut
adalah Hostation 25 ULV, 0,2 -0,3%. Pengendalian secara biologis, yaitu dengan
penyebaran virus B. Nudaurelia.
3.
Ulat Kantong
Gejala
Daun tidak utuh lagi, rusak dan berlubang. Kerusakan
helaian daun dimulai dari lapisan epidermisnya. Kerusakan lebih lanjut adalah
mengeringnya daun yang menyebabkan tajuk agian bawah berwarna abu-abu dan hanya
daun muda yang masih berwarna hijau. Kerusakan akibat hama ini dapat
menimbulkan penyusutan produksi sampai 40%.
Penyebab
Ada tiga yaitu Metisa
plana, Mahasena corbeti, dan Crematosphisa pendul. Penyebaran hama
ini sangat cepat, karena sifatnya yang mudah berpindah dari satu daun ke daun
lain atau dari satu pohon ke pohon lain. Pada setiap perpindahan, ulat betina
akan membentuk kantong-kantong. Setelah terbungkus kantong, ulat hanya bergerak
dan memakan daun dengan cara mengeluarkan kepala dan tungkai depannya.
Pengendalian dan pembrantasan
Pemberantasan secara kimia dapat dilakukan dengan
penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif endosulfan 330,9 g/l yaitu
Thiodan 35 EC dengan dosis 0,8 kg/ha atau dengan bahan aktif triklorfon 95%
(Dipterex 95 SP) dengan dosis 1 kg/ha. Pemberatasan secara biologis dengan
menyebarkan predator dan parasit. Predator larva adalah Sycanus dichotomo dan beberapa jenis parasit yang sering menyerang
larva adalah Callimerus aracuver, Brachymeria sp., Apenteles sp., Fislistina
sp., dan Caryphus inferus.
4.
Tikus
Gejala
Pada pembibiitan, tikus menyerang bagian pucuk daun. Pada
tanaman belum menghasilkan (TBM), memakan pelepah daun, sedangkna pada tanaman
menghasilkan (TM) menyerang buah baik buah mentah maupun buah masak. Apabila
menyerang titik tumbuh, dapat menyebabkan kematian. Dalam kondisi yag tidak
terkendali, populasi tikus dapat mencapai 300 ekor/ha. Kondisi demikian dapat
menurunkan produksi 5 – 15%.
Penyebab
Tikus (Rattus
tiomanicus, Rattus sp.). hama ini tergolong mamalia. Menyerang tanaman pada
semua umur, mulai dari pembibita hingga tanaman menghasilka.
Pengendalian dan pemberantasan
Hama tikus pada umumnya sulit diberantas, karena daerah
hidupnya sangat luas. Pemberantasan dapat dilakukan secara eposan pada
sarangnya. Secara biologis dengan predatator kucing, ular, dan burung hantu (Tyto alba).
Penyakit
Beberapa jenis penyakit yang banyak di temukan di areal
perkebunan kelapa sawit serta cara pengendalian dan pemberantasannya.
1.
Penyakit akar (blast disaese)
Gejala
Akar menjadi lunak dan jika dibelah akan terlihat
jaringan antara berkas pembuluh pusat dan hipodermis hancur. Daun bibit menjadi
kusam berwarna kekuning-kuningan yang dmulai dari bagian ujung daun, daun
menjadi layu, dan akan berubah warna menjadi kuning cerah dan timbul
bercak-bercak.
Penyebab
Jamur Rhizoctonia
lamellifera dan Phytum sp.
Pengendalian dan pemberantasan
Media atau tanah untuk pembibitan, pemupukkan, pemeliharaan
menjadi faktor yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya penyakit akar
pada tanaman. Jika tanaman terserang penyakit ini, dapat diberantas dengan
menggunakan fungisida yang berbahan aktif bedomil 20% seperti fungisida Belante
T 20/20 WP dengan konsentrasi 20 mg/liter air. Fungisida di terbarkan pada
media tanam. Dapat pula menggunkan kapur pertania.
2.
Penyakit busuk
pangkalbatang (basal stem rot atau
ganoderma)
Gejala
Pelepah daun tampak layu dan berwarna pucat, selanjutnya
daun akan mengalami nekrosis yang dimulai dari bagian daun yang paling tua
hinga menyebar ke bagian daun yang lebih muda. Selanjutnya pelepah daun akan
patah dan menggantung. Daun tombak (pupu) yang baru muncul tidak membuka dan
berkumpul lebih dari tiga helai. Dalam kondisi serangan yang berat, setelah 6 –
12 bulan muncul gejala pada saun, pangkal batang menghitam dan keluar getah
pada bagian yang terinfeksi sehingga tanaman akan tumbang dan mati.
Penyebab
Jamur Ganoderma applanatum, Ganoderma lucidum, dan
Ganoderma pseudofferum. Jamur ini kan menular ke tanaman yang sehat jika
akarnya bersinggungan dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit.
Pengendalian dan pemberantasan
Sampai sekarang ini serangan penyakit tersebut belum
mampu diatasi dengan menggunakan fungisida. Oleh karena itu, tindakan
pencegahan sebaiknya diperhatikan dengan baik agar dapat terhindar dari
penyakit ini. Sebelum penanaman, sumber infeksi di bersihkan terutama jika
areal kelapa sawit merupakan lahan bekas kebun kelapa atau kelapa sawit.
Tunggul-tunggul harus dibongkar dan dibakar. Tanaman yang terserang harus
dibongkar dan di bakar. Di sekitar tanaman digali parit dan tanaman yang belum
terserang dibumbun.
2.4
Panen
Menurut Sunarko (2009). Panen merupakan
salah satu factor penting yang menentukan kualitas dan kuantitas produksi.
Tanaman kelapa sawit umumnya sudah mulai dipanen pada umur tiga tahun di kebun.
Pekerjaan panen meliputi pemotongan tandan buah masak, pengutipan brondolan,
dan pengangkutan ke TPH.
Kelapa sawit dianggap mulai dapat
berproduksi dengan baik pada tahun ketiga atau keempat setelah ditanam di
kebun. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah dianggap matang sekitar
enam bulan setelah penyerbukan.
Tingkat kematanagn buah kelapa sawit
dapat dilihat dari perubahan warna. Buah kelaps awit yang masih mentah berwarna
hiaju, karena pengaruh pigmen klorofil. Selanjutnya, buah akan berubah menjadi
merah atau oranye akibat pengaruh pigmen beta karoten. Kondisi tersebut
menandakan minyak sawit yang terkandung dalam daging buah telah masimal dan buah
sawit akan lepas dari tangkai tandannya (membrondol).
Table
7. Fraksi buah berdasarkan tingkat kematanagan
Berikut
ini tahapan pemanenan kelap sawit:
1) Sediakan
peralatan panen dalam jumlah yang cukup dan kondisi tajam.
2) Pemanenan
masuk ke areal panen melalui jalan buah. Pilih tandan buah yang matang peanen.
3) Potong
daun penyangga buah. Untuk pohon yang jumlah pelepahnya kurang dari standar,
daun penyangga tidak perlu dipotong (tahun ke-6, standar minimum 56 helai,
tahun ke-7 dan seterusnya minimum 48 helai).
4) Potong
pelepah yang terdekat dengan batang.
5) Susun
rapi pelepah daun bekas potongan di gawangan dan potong minimum tiga bagian.
6) Ambil
brondolan di ketiak pelapah dan kumpulkan bersama brondolan yang jatuh di
tanah.
7) Rontokan
tandan buah yang terlalu matang sebagai brondolan.
8) Bersihkan
pohon yang sudah dipanen dari bekas bunga kering dan buah gugur. Tidak boleh
ada buah mentah yang dipanen dan buah matang yang terlewat tidak dipanen.
9) Kumpulkan
dan bawa buah sawit ke TPH dengan kondisi bersih.
10) Potong
di ganggangf tandan denagn posisi mepet (sangat dekat), hasil potongan
membentuk huruf V.
BAB
III
METODE
PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan di PT Mega Nusa
Inti Sawit-Perkebunan Indaragiri, Desa Kuala Gading. Magang kerja ini dilakukan selama 3 bulan yang dimulai 08 Agustus hingga 29
Oktober 2011.
3.2 Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam magang
kerja adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti
kegiatan di Perkebunan Indragiri yaitu monitoring perawatan tanaman kelapa
sawit, monitoring panen, perawatan jalan akses transportasi.
2. Diskusi
dan wawancara dengan pembimbing lapang yang telah di tunjuk, Asisten-Asisten
Perkebunan kelapa sawit dan juga petani kelapa sawit yang turut mendukung magang
kerja ini.
3.
Mengumpulkan
data sekunder sebagai data pelengkap dalam rangka pembuatan laporan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL
4.1.1
Keadaan Umum Lokasi Maggang Kerja
Perkebuna
Indragiri berlokasi pada Desa Kuala Gading Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten
Indragiri Hulu Provinsi Riau. Perkebunan Indragiri mempunyai 7 divisi dengan
total luas 6.975 Ha. Setiap divisi dikontrol oleh satu Asisten dan dua mandor,
di setiap divisi terdapat satu KUD pemitra sebagai penghubung antara pihak
petani plasma dan juga pihak perusahaan, KUD tersebut beranggotakan petani
plasma.
4.1.2
Struktur Organisasi Indragiri Estate
Sistem struktur organisasi yang digunakan di Indragiri
Estate adalah Sruktural dan Fungsional. Karena memiliki keluwesaan dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Sehingga baik staf dan karyawan dapat
dengan mudah melaksanakan pekerjaannya dengan nyaman.
4.1.3
Kemitraan Estate Indragiri
Kemitraan yang dilakukan pada perkebunan
Indragiri pola KKPA (Kredit Koperasi Primer kepada Anggota) merupakan pola
kemitraan perusahaan inti dan petani dalam wadah koperasi untuk meningkatkan
daya guna lahan petani peserta dalam usaha meningkatkan pendapatan dan
kesejahtraan para anggota melalui kredit jangka panjang dari bank. Perusahaan
inti sebagai pengembang melaksanakan pembangunan kebun kelapa sawit untuk
petani peserta dengan biaya pembangunan dari kredit bank hingga tanaman kelapa
sawit menghasilkan. Perusahaan inti juga membangun kelembagaan petani sebagai
wadah pembinaan dan bimbingan petani peserta mengenai budadaya dan menejemen
perkebunan kelapa sawit. Pembinaan minimum dilakukan selama satu siklus tanam.
Perkebuana Indragiri mempunyai 7 divisi atau KUD
(Koprasi Unit Desa) pemitra antara lain KUA (KUD Anggrek), KSK (KUD Setia
Kawan), KRM (KUD Rahayu Makmur), KMB (KUD Milik Bersama), KKB (KUD Karya
Bersama), KTH (KUD Tunas Harapan), dan KHM (KUD Harapan Maju). Untuk penanaman
kelapa sawit pada perkebunan Indragiri 3 tahap yaitu tahap 1 tahun tanam 1997,
tahap 2 tahun tanam 1998 dan tahap 3 tahun tanam 2000.
4.1.4
Kegiatan Magang Kerja
1.
Pemeliharaan
Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit Plasma
Pemeliharaan
tanaman kelapa sawit dilakukan oleh petani pemilik kavling atau dipekerjakan
oleh orang lain dengan upah sesuai dengan pekerjaannya, pemeliharaan itu
sendiri menyangkut beberapa aspek:
A.
Perawatan
Gawangan
Perawatan
gawangan adalah membersihkan gulma-gulma yang tumbuh pada gawangan kelapa sawit
baik anak kayu maupun lalang. Namun perawatan gawangan hanya pada beberapa
gulma yang kehadirannya tidak di kehendaki seperti Scleria Sumantrensis (ruput kerisan), Melastoma Malabathticum (sengganen/senduduk), Mikania Mikrantha (rayutan), Imperata
Cylindrica (lalang), Cyperus Rotundus
(rumput teki), Clidemia Herta (bulu
babi), Mimosa Pudica (putri malu), Ageratum Conyzoides (bandotan), Borreria Latifolia (kentangan), Lantana Camara (lantana/tembelekan), Pennisentum Polystachyon (ekor tupai).
B.
Perawatan
Piringan dan Pasar Pikul
Perawatan
piringan dan pasar pikul dilakukan dengan penyemprotan, pengerjaan perawatan
piringan dan pasar pikul dilakuakan oleh petani yang mempunyai kavling tersebut
atau dipekerjakan oleh orang lain dengan upah sesuai dengan semak atau tidaknya
piringan dan pasar pikul.
C.
Perawatan
Tunas Pokok
Penunasan
atau biasanya petani menyebutnya pruning adalah membuang pelepah yang kelapa
sawit yang sudah tidak berfungsi lagi bagi tanaman kelapa sawit tersebut agar
pemanenan buah kelapa sawit lebih mudah, brodolan dari buah sawit tidak
terjepit pada ketiak pelepah dan juga mengurangi unsur hara yang dibutuhkan
untuk memproduksi buah.
D.
Perawatan
Jalan
Perawatan jalan merupakan bagian penting dalam perkebunan
kelapa sawit, karena perawatan jalan untuk mempermudah dalam pengangkutan TBS
dari dalam kebun untuk dibawa ke PKS.
E.
Pemupukan
Pemupukan
merupakan bagian yang tidak tertinggalkan dalam budidaya tanaman kelapa sawit
karena pemupukan untuk menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan
sendiri dilakukan 2x dalam satu tahun.
F.
Hama
dan Penyakit
Terdapat
banyak hama dan penyakit tanaman kelapa sawit namun hanya beberapa saja yang
menyerang tanaman kelapa sawit pada perkebunan Indragiri yaitu tikus dan UPDKS. Oleh karena itu perlu adanya
dilakukan sensus sehingga hama dan penyakit tanaman kelapa sawit sudah
terdeteksi sebelum terjadi peledakan, sensus iyang sering dilakukan di
perkebunan Indragiri adalah sensus UPDKS dan sensus tikus.
2.
Panen
Panen
dilakukan jika tandan buah kelapa sawit telah memenuhi syarat untuk di panen, tandan
buah yang telah dipanen diletakkan teratur di piringan dan brondolan
dikumpulkan terpisah dari tandan. Kemudian tandan buah atau TBS (tandan buah
segar) dan brondolan tersebut dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH), setelah
melakukan pemanenan dan buah sudah terkumpul baru dilakuakan grading pada TPH.
Yang melakukan grading tersebut adalah mandor grading.
3.
Pengangkutan/Transportasi
Pengangkutan/transportas merupakan kegiatan membawa TBS
dari dalam kebun dengan menggunakan alat transportasi eberupa truk untuk dibawa
ke PKS, dalam 1 truk dapat mengangkut 8 – 10 ton/truk.
4.
Pengolahan
Grading TBS
Grading
TBS merupakan kegiatan menggolongkan buah berdasarkan tingkat kematangan sesuai
standar yang telah ditentukan perusahaan. Grading
TBS ini dilakukan di PKS (Pabrik Kelapa Sawit).
4.1.5
Data Hasil Pengamatan
1.
Pemeliharaan
Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit Plasma
A.
Perawatan
Gawangan
Pengamatan
tentang perawatan gawangan yang dilaksanakan di perkebunan Indragiri bawasannya
ada beberapa gulma yang di musnahkan dan ada juga gulma yang di biarkan hidup
sebagai tempat musuh alami atau pun sebagai penutup tanah. Beberapa gulma yang
kehadirannya tidak di kehendaki seperti scleria
sumantrensis (ruput kerisan), melastoma
malabathticum (sengganen/senduduk), mikania
mikrantha (rayutan), imperata
cylindrica (lalang), cyperus rotundus
(rumput teki), clidemia herta (bulu
babi), mimosa pudica (putri malu), ageratum conyzoides (bandotan), borreria latifolia (kentangan), lantana camara (lantana/tembelekan), pennisentum polystachyon (ekor tupai).
Perawatan
gawangan yang dilakukan petani ada 2:
v Babat
gawangan
Babat
gawangan adalah membersihkan gawangan dengan cara di babat menggunakan parang
atau pun sabit.
v Semprot
total
Semprot
total adalah penyemprotan total yang dilakukan di gawangan dengan menggunkan
bahan kimia agar semua gulma yang ada di gawangan mati semua baik gulma yang
menguntungkan atau pun gulma yang merugikan.
Beberapa gulma diharapkan (A), gulma inang APH (I) dan
gulma dibolehkan (B).
B.
Perawatan
Piringan dan Pasar Pikul
Pembersihan
piringan dilakukan sampai 30 cm di luar batas kanopi daun atau sampai makksimum
180 cm dari pangkal pohon kelapa sawit. Sedangakan pasar pikul dibersihkan
lebar ± 1,2 m dilakukan setelah tanaman berumur > 6 bulan.
Pembersihan
piringan dan pasar pikul dengan menggunakan alat semprot jenis gendong (kap).
Sebelum melakukan aplikasi dilakukan kalibrasi alat semprot dan penghitungan
volume semprot per ha:
L : F x 10.000
V x a
Keterangan:
L
: Kebutuhan larutan dalam 1 hektar (liter per ha).
F
: Flowrate, merupakan jumlah larutan yang keluar melalui nozel setiap satu
menit dengan tekanan tertentu, biasanya 1 bar.
V
: Kecepatan berjalan (meter per menit) penyemprot dengan membawa alat semprot.
a
: Lebar semprot (m).
C.
Perawatan
Tunas Pokok
Pada
waktu penunasan pelapah yang mati dan hamper mati serta pelapah yang tidak lagi
memiliki daun harus dipotong. Ketentuan dalam penunasan:
Ø Pelapah
dipotong serapat mungkin ke pohon ± 15 cm agar brondolan tidak menyangkut.
Ø Jumlah
pelapah yang di pertahankan: mulai panen sampai ketinggian pohon 90 cm dari
buah matang terendah pemanen tidak dibenarkan memotong pelepah sewaktu memanen.
Sesudah rata-rata mencapai ketinggian ini harus segera dilakukan penunasan
dengan system songgo 2 (dua) dan seterusnya hingga pohon mencapai umur 10
tahun.
Ø Apabila
tidak terdapat tandan yang matangatau kondisi pohon hanya mempunyai bunga
jantan untuk sementara, maka penunasan harus tetap mempertahankan jumlah
pelepah sesuai dengan umur tanaman.
Ø Pelepah
hasil tunasan disusun L – Shape.
Gambar . Susunan pelepah bentuk L – Shape
D.
Perawatan
Jalan
Sistem perawatan jalan yang dilaksanakan di Perkebunan
Indragiri dilakukan setiap semester pada jalan akses, sedangkan untuk jalan KUD
dan KT dilakuakan oleh masing-masing KUD maupun KT bukan lagi tanggung jawab
pihak perusahaan.
E.
Pemupukan
Pupuk
yang digunakan untuk pemupukan di kebun Indragiri plasma sesuai dengan anjuran
perusahaan. Pupuk yang digunakan adalah Urea 1 kg/pokok, TSP 1 kg/pokok, MOP 1
kg/pokok, Dolomit 0,51 kg/pokok, Borat 50 kg/pokok, dan kieserite 1 kg/pokok.
F.
Hama
dan Penyakit
Ø UPDKS
UPDKS
yang ada di perkebunan Indragiri adalah ulat api (Thosea Asigna dan Setora Nitens). Perkebunan Indragiri mempunyai
jadwal dalam monitoring dan pengendalian ulat api dengan beberapa tahap yaitu
deteksi, sensus dan pengendalian.
Ø Hama
Tikus
Tikus
yang menyerang tanaman kelapa sawit ada dua jenis yaitu:
Rattus Argentiventer (tikus sawah)
a. Ekor lebih pendek dari panjang kepala dan
badan.
b. Tonjolan
pada telapak kaki lebih kecil dan halus.
Rattus Tiomanicus (tikus pohon)
a. Ukuran ekor lebih panjang dari panjang kepala
dan badan.
b. Tonjolan
pada telapak kaki relatif besar dan kasar.
Untuk
pengendalian hama tikus, sebelum melakukan pengendalian dilakukan sensus tikus.
Terdapat dua bentuk sensus tikus yaitu sensun dilakukan di TPH (Tempat Pengumpulan
Hasil) dan sensus pohon.
Contoh
sensus pada TPH KUD KKB:
Contoh
sensus tikus pada pohon KUD KRM:
Blok/Luas:
1A/16 Ha
System
pengendalian hama tikus yang ada di perkebunan Indragiri menggunan APH (Agen
Pengendalian Hayati) burung hantu (Tyto
Alba). Keberadaan Tyto Alba selalu
di monitoring setiap bulan bersamaan dengan itu juga di monitoring gupon
(sangkar Tyto Alba).
2.
Panen
Pemanenan
dilkukan sesuai dengan rotasi yang telah ditetapkan oleh KUD dan diketahui oleh
asisten divisi, pemanenan dilakukan 3 rotasi dalam satu bulan dengan jarak
antar rotasi 10 hari. Setiap selasai panen dilakukan grading TPH yang
dilakuakan oleh mandor panen, grading tersebut sebagai pembanding antara
grading yang dilakukan di TPH dengan grading yang dilakukan di PKS.
3.
Pengangkutan/Transportasi
Pengangkutan atau transportasi yang diklasanakan di
perkebuanan semuanya biaya di tanggung oleh pihak KUD.
4.
Pengolahan
Untuk
pengolahan sendiri perkebunan Indragiri hanya sebat hingga grading di PKS,
asisten divisi perkebunan Indragiri hanya sebagai pemantau jalannya grading
agar berjalan dengan baik dan tidak ada yang dirugikan antara petani plasma
dengan pihak PKS tempat pengolahan TBS milik petani plasma.
4.2
PEMBAHASAN
A.
Perawatan
Gawangan
Gawangan
harus bebas dari gulma yang merugikan, namun di lapangan petani dalam perawatan
gawangan membasmi semua gulma yang tumbuh baik gulma yang menguntungkan maupun
gulma yang merugikan.
Perawatan
gawangan yang dilakukan petani plasma ada dua cara:
v Babat
gawangan
Dalam
babat gawangan, semua gulma yang ada di gawangan di babat menggunakan sabit
atau parang baik itu gulma yang menguntungkan maupun gulma yang merugikan
sehingga gawangan bersih dari gulma yang tumbuh.
v Semprot
total
Penyemprotan
merupakan cara yang paling instan menurut petani dalam mengendalikan gulma yang
ada di gawangan. Penyemprotan menggunakan bahan herbisida yang dibeli di toko
pertanian, diantaranya Roundup, Ally, Gramoxon, dan masih banyak merk herbisida
yang digunakan.
B.
Perawatan
Piringan dan Pasar Pikul
Perawatan
piringan dan pasar pikul yang dilaksanakan petani plasma pengerjaannya dengan
cara penyemprotan. Tetapi masih banyak petani yang melakukan dengan semprot
total seperti perawatan gawangan namun ada juga petani yang membiarkan saja
piringan dan pasar pikul tumbuh gulma sehingga kelihatan semak sehingga
mengakibatkan kesulitan petani itu sendiri dalam prosen pemanenan. Ada pula
petani yang menunggu semak semua, setelah semak baru dilakukan perawatan dengan
cara semprot total karena mereka menganggap dengan demikian biaya perawatan
yang dikeluarkan akan lebih sedikit. Tetapi dengan keadaan semak tersebut dapat
mengganggu produktifitas tanaman kelapa saawit, dengan semak tersebut maka
gulma seperti anak kayu, lalang dan juga gulama yang lain akan rakus memakan
unsur hara yang seharusnya tersedia untuk tanaman kelapa sawit.
C.
Perwatan
Tunas Pokok
Dalam
perawan tunas pokok atau petani lebih sering menyebutnya pruning dilakukan
setelah kelihatan pelepah banyak di bawah buah terakhir, karena mempersulit
dalam pemanenan maka petani melakukan pruning.
D.
Perawatan
Jalan
Perawatan jalan memang hal yang sangat peting dilakukan
agar proes pengangkutan TBS dapat berjalan lancar, perawatan jalan yang ada di
Perkebunan Indragiri sangat teratur sehingga tidak ada kesulitan saat
pengangkutan TBS, sehingga tidak ada TBS yang restan.
E.
Pemupukan
Sistem pemupukan dilakukan oleh petani plasma, untuk
pupuknya pihak dari KUD membeli pupuk dari pihak perusahaan sehingga pupuknya
kandungan dan merknya sama. Namun disini kendalanya adalah aplikasi pemupukan
yang dilakukan oleh petani yang tidak sesuai, ada beberapa oknum petani plasma
tidak membeikan pupuk sesuai dengan anjuran yang ada, jika mereka di beri jatah
6 karung pupuk maka ada beberapa petani hanya mengaplikasikan 5 karung dan yang
satunya biasanya untuk di jual atau bisa di gunakan untuk pupuk tanaman kelapa
sawit pekarangan, dan ada juga petani cara menaburkan pupuk tidak merata pada
tanaman kelpa sawit.
Akibat dari semua ini menyebabkan produksi kelapa sawit
yang menurun, sehingga tidak hanya perusahaan yang tidak bisa mencapai
budgetnya namun juga biaya produksi petani yang tinggi tetapi penghasilan
rendah.
F.
Hama
dan Penyakit
Tanaman kelapa sawit di Perkebunan Indragiri telah
mencapai > 10 tahun sehingga hama yang menyerang pada tanaman kelapa sawit
yang ada di Perkebunan Indragiri hanya tikus (Rattus sp.) dan UPDKS. Sedangkan untuk penyakit hampir tidak ada,
adapun hanya menyerang satu pohon kelapa sawit dari ribuan hektar dari luas
kebun kelapa sawit. Penyakit yang pernah ditemui adalah Ganoderma sp., tetapi penyebarannya masih dapat di kendalikan.
Pengendalian hama yang dilakukan di perkebunan kelapa
sawit dengan menggunakan pengendalian hayati yang ramah lingkungan agar
ekosistem yang ada tetap terjaga dan berkelanjutan. Untuk pengendalian hama
tikus (Rattus sp.) dan UPDKS sebagai
berikut:
Ø Tikus (Rattus sp.)
Tikus yang menyerang pada Perkebunan Indragiri terdapat
dua spesies yaitu Rattus argentiventer dan
Rattus tiomanicus. Sistem pengendalian
yang ada sudah menggunakan pengendalian hayati yaitu pemanfaatan Tyto alba, dan itu berhasil menekan
perkembangbiakan tikus. Tyto alba
yang digunakan sebagai agen hayati sistem kerjanya adalah dengan memasang gupon
(kadang burung) pada areal kebun, setiap blok terdapat 1 – 2 gupon dan setiap
gupon tedapat sepasang Tyto alba, jika
telah bertelur dan menetas maka anaknya yang telah dewasa dipindahkan pada
gupon yang masih kosong. Monitoring gupon dilakukan setiap 1 bulan sekali.
Selain pemanfaatan agen hayati, setiap 3 bulan sekali dilakukan sensus tikus
untuk melihat tingkat serangan dan juga melihat agen hayati dapat berfungsi
dengan baik atau tidak.
Ø UPDKS
UPDKS yang menyerang tanaman kelapa sawit yang ada di
Perkebunan Indragiri adalah ulat api, spesies yang sering ada adalah Setora nitens dan Thosea asigna. Ulat api tersebut memakan daun pada daun muda,
serangannya dapat menurunkan tingkat produksi hingga 50%. Pengendaliannya di
awali dengan terdeteksi ada ulat api ataupun tanaman yang terserang ulat api,
jika telah terdeteksi maka dilakukan sensus populasi serangan ulat api. Dengan
sensus populasi maka diketahui sistem pengendalian yang akan dilakukan
menggunakan agen hayati atau kimia.
Agen hayati:
Predator : Sycanus sp, Eocanthecona furcellata, Cantheconidea
javana, Parasitoid Spinaria spinator,
Chaetexorista javana, Chlorocryptus purpuratus, Apanteles sp.
Entomopatogen : bakteri (Bacillus thuringiensis), jamur (Cordiceps
militaris/Beauveria bassiana), virus (β.
Nudaurelia/Multiple Nucleopoly hedrovirus/ Nucleopoly hendrovirus/Granulosis
virus.
Kimia: dilakukan foging pada areal yang terjadi peledakan
ulat api, dan dilakukan pada saat malam hari.
Pemanenan dilakukan setelah buah ada yang brondol, pemanenan
menggunakan sistem rotasi. Rotasi yang ada di Perkebunan Indragiri plasma
terdapat 3 rotasi panen dalam 1 bulan. Setelah buah turun dari pohon langsung
diangkut ke TPH untuk di timbang lalu TBS dibawa ke pabrik oleh pihak KUD
menggunakan truk. Namun kendala yang di alami adalah petani plasma memanen TBS
yang masih mentah sehingga harganya lebih murah di pabrik. Namun kendala
tersebut masih bisa di atasi oleh perusahaan engan dilakukan penyuluhan yang
dilakuakan oleh asisten divisi. Selain pemanenan yang kurang tepat, curah hujan
yang tinggi pun menjadi kendala karena akan mempengaruhi kondisi jalan menuju
pabrik yang kurang baik.
Transportasi yang digunakan di Perkebunan Indragiri
plasma menggunakan truk, truk itu sendiri telah di sediakan oleh masing-masing
KUD. Namun kendala yang sering terjadi adalah jika curah hujan tinggi maka
pengangkutan menjadi terhalang karena jalan yang kurang baik sehingga banyak
truk yang terperosok, tetapi semua itu masih dapat terkendali dengan melakukan
pengangkutan menggunkan gander. Gander itu sendiri di pinjamkan oleh perusahaan dengan
beban biaya yang akan di tanggung oleh KUD.
Pengelohan TBS di lakukan oleh PKS, pihak perkebunan
hanya memantau hingga grading di PKS. Grading ini bertujuan untuk melihat
jumlah buah mentah, buah matang dan buah terlalu matang. Asisten divisi di
tempat grading untuk memastikan bahwa grading yang dilakukan di PKS sesuai
dengan standarnya dan juga untuk mengecek TBS dari divisi yang dipimpinnya.
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
kalo ini dijadiin beberapa judul pasti lebih seru bacanya.. atau disusun per bahasan..
ReplyDeleteBTW, PT MEGANUSA INTISAWIT tu Group-ny siapa ya?